Selasa, 09 Desember 2008

pagi 10 dzulhijjah



Kurasakan Udara Pagi itu sangat dingin seolah2 menusuk sampai ke tulang2ku,seketika aku terjaga dan terbangun dari tidur indahku,kuraih jam tangan milikku di samping bantalku saat itu masih pukul 03.00 pagi,Akupun bangkit dari tempat tidurku seraya meraih kaos t-shirt merah tuk menutupi tubuhku dari hawa dingin pagi itu.Aku melangkah dan membuka tirai gorden jendela kamarku dari balik jendela itu nampak olehku di luar sana rumah berjejer dengan sangat rapi dari rumah yang paling mewah sampai rumah sangat sederhana sekali,walaupun berbeda bentuk namun semuanya sama masih kelihatan gelap,hanya beberapa lampu teras redup yang menyala ,sunyi dan belum ada aktifitas manusia di sana,kualihkan pandanganku ke angkasa nampak olehku betapa damai langit biru diatasku walaupun berselimut gelap namun nampak pesona kedamaian dan ketenangan, cerah dan berawan tipis.
Aku menghela Nafasku dalam-dalam,aku heran, mengapa aku merasakan dadaku tersa berat? seolah2 ada beban yang sangat berat menghimpitnya,kucoba menenangkan hati dan fikiranku,dengan kembali menghela nafas dalam2,berjuta kesedihan membuncah dalam dadaku,pandanganku kembali menatap hampa jauh ke luar sana yah..memandang indahnya kota jakarta di pagi hari namun tidak seindah perasaanku saat itu.
Tanpa terasa air mata menggenangi mata ini hingga tak tertahankan lagi aku memejamkan mata rapat-rapat seraya menghela nafas panjang,sakit sekali bak sebilah pedang tertancap menusuk-nusuk di batinku,bersamaan dengan itu air matakupun berlinang jatuh bercucuran dari kedua buah mataku,Kucoba tuk tenangkan perasaanku dan memikirkan apa gerangan yang membebani hati dan perasaanku saat itu,kembali kuhela nafas ini yang sesekali terkadang tidak beraturan.
Seketika sesaat kemudian "Asatafirullah Al'adzim,yah..Allah hari ini adalah tgl 9 desember 2008,bertepatan tgl 10 Dzulhijjah 1429 H" gumanku dalam hati,akupun menyadari penyebab kekalutan dalam hati ini,yah..hari ini adalah saat-saat dimana biasanya aku dan keluarga besarku merayakannya bersama-sama dan meluapkan kegembiraan berkumpul bersama dengan mereka,yah..ada banyak momen2 bahagia yang harus aku tunda di sana di rumah orang tuaku tempat aku dan saudaraku dengan bebas tertawa dalam canda dan dengan lahapnya menikmati masakan emma'ku,yang lezatnya tak tertandingi di restoran elit sekalipun karena dalam masakan itu ada bumbu 'Kasih Sayang Buat kami anak-anaknya',hmm...
Batinku mengiyakan bahwa inilah penyebab dari kesedihan yang sedari tadi menyelimuti perasaanku,ya..sekarang di kamar ini aku seorang diri jauh dari mereka,jauh dari belaian kasih sayang bapa',emma'ku,kakak dan adik2ku.
Aku masih berdiri dibalik jendela kamarku,kulayangkan pandanganku jauh ke depan terus ke depan hampa kucoba menyibak misteri takdir ilahi terhadap apa yang kualami sekarang,'adakah hikmah dibalik ini semua???'tanyaku dalam hati,air mataku mulaipun mengering karena sedari tadi aku biarkan keluar menetes sampai berkurang kesedihan ini,kesedihan yang bila kupendam bisa menggoncang jiwa dan perasaanku,yah..di pagi 10 Dzulhijjah ini aku hanya bisa mengenang semua kebahagiaan yang aku tinggalkan di sana demi cita-citaku kelak.
Seruan takbir Adzan shubuh mulai terdengar membuyarkan lamunanku tanpa kusadari satu jam lebih aku terbawa arus kesedihan ini,kututup kembali tirai jendela itu dan dengan segera kulangkahkan kaki ini tuk mengambil air wudhu,akupun bergegas menuju mushallah yang tidak jauh dari rumah tempatku ngekos Puji syukur akan hal ini,setelah shalat shubuh aku memutuskan tuk tetap berzikir dan menenangkan hati,sampai akhirnya terdengar olehku kalimat-kalimat merdu sarat makna,Takbir,tahlil dan tahmid pertanda shalat id akan segera dimulai,.
Jam saat itu menujjukkan pukul 5 pagi Hpku begergetar dan terdengar nada memanggil,kutu2p Al-Qur'anku dan kuraih Hand Phone di sebelahku,di layar itu nampak "My Mom Memanggil..."Alhamdulillah dalam hati,"Halo Assalamualaikum Na',bagaimana keadaanta' na'?" dengan lembut dan penuh kasih sayang emma'ku yang tersayang memulai pembicaraanya,"Waalaikumssalam ma',ananda baik-baik aja ",jawabku lantang dan semangat kucoba tuk menutupi kesedihan yang membayangiku tadi' aku dan beliaupun ngobrol,yah... seperti biasa dengan penuh perasaan dan kasih sayang emma'ku memberiku nasehat2 dan kata2 tertata rapi sekali terkesan tidak ada masalah sedikitpun di sana sesekali aku menjawab "iyee..Ma'",ada air mata yang kembali keluar dari pelupuk mata ini namun air mata yang berbeda tentunya,yahh..air mata kebahagiaan maka kubiarkan mengalir,kuatur nafasku sebaik mungkin dan sesekali kujauhkan HPku bila kurasakn akan ada isak,"aku harus terdengar tegar,beliau tidak harus tau apa yang senenarnya terjadi papdaku" gumanku dalam hati,dengan damai dan nyaman aku mendengarkan kata-kata itu,kata2 dari seorang ibu yang selama ini menjadi "nyawa" dalam perjuanganku mengejar matahari,mengejar cita2 dan impianku,alangkah damai kurasakan setiap penggal kata2 itu,seperti biasa setelah emma'ku,bapa'ku pun tak lupa memberi wejangan dan nasehat tentunya terkesan agak tegas namun aku tahu hatinya sebenarnya sangat lembut bak sutra,motivasi,dan semangat hidup yg beliau tuturkan sangat dalam maknanya seolah-olah mengubur keraguan dalam benakku,pa' ananda tau sebenarnya di sana ada bnyak hal yang kalian hadapi namun ketika berbicara dengan kami tak satupun nampak,namun sesunnguhnya kami anak2mu telahpun dewasa kami merasakan apa yang kalian sembunyikan,hingga terkadang kesedihan melanda jiwa kami jika sedikit saja masalah dalam usaha kami,karena yang kami fikirkan selalau adalah kalian,.seperti sebuah sebuah acara yg telah disusun setelah bapa'ku,giliran nenek,saudara2ku yg lain turut memberiku semangat seolah-olah mereka meyakinkanku bahwa walaupun jauh mereka tidak sedikitpun membiarkanku merasa seorang diri.
Setelah selesai aku pun bersandar di dinding kamarku kusadari sepenuhnya kesalahan yang telah kuperbuat tadi begitu besar Ni'mat yang Allah SWT curahkan kepadaku dengan hadirnya keluarga seperti mereka dalam hidupku,mengapakah aku masih terkadang membiarkan keraguan,kesedihan membayangiku,Yaa...Allah Terimakasih Atas Segala Ni'matmu ini dan Ampunilah dosa dan kesalahan hamba.
Dengan perasaan Khusyu' dan bahagia aku pun terharu mengikuti pelaksanaan shalat idul Adha sampai selesai di sebuah masjid yang tak jauh dari tempatku ngontrak,setiba di rumah aku segera meraih hand phone milikku,tak lama kemudian tuk kedua kalinya di pagi 10 Dzulhijjah ini,HPq berdering tanda ada panggilan masuk,kulihat dengan seksama yah..ternyata benar adanya panggilan dari seseorang yang sebenarnya sedari tadi aku nantikan,ya..dia adalah adik,sahabat deket,temen belajarku dan....entah apa namanya yang jelas dia adalah seoarang akhwat yg telah memiliki tempat spesial di hati ini dan terkadang susah tuk lupakn bayangannya walau sesaat,,.
Seulas senyum terpancar diwajahku saat kuangkat panggilannya,"Halo,,,Assalamulaikum ka',pa kabar n gmana udah shalat id blum,slamat hari raya yaa.."kusimak kata demi kata darinya,"Walaikumsslam de' kk baik2 aja baru aja selesai shalat id,mksih y, ade Fitri slmat hari raya juga ya" jawabku dengan mantap,setelah saling menyapa dan ngobrol sejenak kamipun menyudahinya,karena tentu ada banyak hal yang harus dilakukan setekah shalat id,.
Alahamdulillah segala puji bagi Allah yang maha pamurah lagi maha penyayang ,kusadari semua yah..di sini aku memang sendiri,di tengah2 kota jakarta kota metropolitan terbesar di negara ini,namun anggapan itu dulu...PAgi ini 10 Dzulhijjah membuktikan bahwa aku sebenarnya tidak sendiri ,ya..walaupun jauh namun ternyata orang2 yang sangat aku sayang dan menyayangiku ternyata masih bersamaku,pada hakekatnya mereka masih di sisiku memeberikanku pengharapan dan do'a tuk keberhasilanku kelak,.jadi megapakah aku mesti bersedih???dengan semua ini tidak ada alasan lagi bagiku,aku merasa makhluk Tuhan yang paling disayang kini,Makasih Allah, Maha besar Engkau....Amin

Jumat, 05 Desember 2008

cinta sejati

Cinta sejati takkan pernah sanggup tuk diungkapkan
Meski lewat lagu… atau lewat puisi
Cinta sejati tak mudah untuk dilukiskan
Melalui sebentuk langit biru… atau segarnya udara pagi

Cinta sejati takkan pernah bisa beranjak pergi
Meski masanya sirna… dan ceritanya tak lagi putih
Cinta sejati tak mudah untuk digoyah
Walau godaan menderu… dan kenikmatan dunia mengimaji

Hingga esok tak lagi ada
Sejak terasa waktu pertama
Hingga dunia menjadi abadi
Tak berubah semua di hati

Jumat, 21 November 2008

Kamis, 20 November 2008

ayat Al-Qur'an (yasin) tentang lautan


ayat 41-50

وَآيَةٌ لَّهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
41. Dan suatu tanda bagi mereka, Kami angkut keturunan mereka dalam kapal yang penub muatan

Dalam sejarah, ayat ini merujuk kepada umat Nabi Nuh. Ayat ini juga merujuk kepada janin manusia yang dikandung dalam rahim. Kecuali dalam dua perbedaan vokal, kata Arab untuk "kapal" (fulk) hampir identik dengan kata "orbit" (falak) di ayat sebelumnya di mana Alquran mengatakan bahwa planet-planet secara harfiah "berenang" di garis edar-nya meskipun kita menerjemahkannya "masing-masing beredar pada garis edamya". Kapal juga mengapung, tetapi di air, bukan di atmosfir. Hubungan-hubungan antarperistiwa alam direfleksikan dalam bahasa pilihan agar terungkap secara tepat.

Kata Arab masyhun, yang diterjemahkan dalam ayat ini sebagai "penuh muatan", asalnya bermakna "penuh" atau "terisi", memberi kesan bahwa segala sesuatu diisi dan bergerak maju menuju tugasnya berupa pengekalan Yang Mahaabadi (al-Baqi). Inilah makna dari memiliki keturunan (dzurriyyah), yang juga mempakan pengabadian dari peristiwa Ilahiyah. Hubungan intim seseorang dengan istri atau suaminya merupakan sebuah ibadah. Karenanya, bila ia memulai hubungan ini, ia harus selalu membaca basmalah (Bismillah ar-Rahman ar-Rahim). Jadi, ajaran tentang penyatuan (wahdah) diterapkan secara fisik dan terus-menerus. Dengan demikian, konsep wahdah ini tidak hanya ada secara batiniah, tapi juga mewujud secara lahiriah pada anak-anak kita.

وَخَلَقْنَا لَهُم مِّن مِّثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ
42. Dan Kami ciptakan untuk mereka yang serupa dengan kapal untuk mereka kendarai

Segala sesuatu di alam ini berada dalam orbit yang melingkar atau "naik" di atas sesuatu. Tujuan ayat-ayat serupa ini adalah untuk mendorong akal manusia agar ia merenungkan kesatuan dalam keragaman yang luar biasa ini, agar ia terbangun kesadarannya menuju ke keadaan yang lebih tinggi berupa pengagungan dan pensucian Allah yang terus-menerus, sehingga berada dalam kesadaran penuh. Secara lahiriah ia berpindah-pindah dengan naik mobil, kereta, kapal laut atau kapal udara, sedangkan secara batiniah ia berpindah-pindah dengan naik kendaraan zikir Nama-Nama Allah menuju alam batiniah.

وَإِن نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيخَ لَهُمْ وَلَا هُمْ يُنقَذُونَ
43. Dan jika Kami menghendaki, niscaya Kami tengge-lamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidakpula mereka diselamatkan

Jika keseimbangan yang mengatur kehidupan ini terganggu, maka semua akan ditenggelamkan sesuai ketetapan Allah. Kehendaknya terwujud dalam hukum-hukum yang mengatur segala sesuatu, baik yang terlihat maupun tidak terlihat: jika manusia melanggar hukum-hukum tersebut, maka mereka akan menjadi tak berdaya, didaurulang dan dikembalikan ke Sumbernya. Hal yang sama terjadi terhadap batin kita. Kita dapat menggelepar-gelepar dalam lautan jiwa-ego kita (nafsu rendah) karena tidak mengikuti hukum-hukum batiniah berupa akhlak yang terpuji. Perjalanan lahiriah di laut mempunyai aturan-aturan tersendiri— seseorang harus yakin bahwa kapal tersebut laik melaut. Perjalanan menuju kesucian dan kesadaran batin membutuhkan perlindungan dan pertahanan, bila tidak, seseorang akan tenggelam dalam badai kebimbangan, keputus-asaan dan khayalan.

Namun waktunya akan tiba tatkala keseimbangan tidak dapat dipertahankan kecuali dengan sebuah peristiwa yang bersifat perubahan besar. Ketika Nabi Nuh datang kepada kaumnya dengan tugas menyampaikan risalah Kebenaran, ia memerintahkan kaumnya untuk berputar haluan sebelum teriambat. la memperingatkan mereka bahwa perbuatan-perbuatan mereka akan mengakibatkan reaksi yang berbahaya. Setelah itu ia mengadu kepada Allah seraya berkata, "Aku telah berdakwah kepada mereka siang-malam, tetapi mereka tidak memperhatikan dan keras kepala." Jawaban yang diperoleh Nuh adalah jika ia tidak dapat menyelamatkan kaumnya, maka ia harus menyelamatkan hidupnya sendiri dan para pengikutnya. Gelombang kelaliman yang dibangkitkan oleh perbuatan kaum Nabi Nuh telah mencapai puncaknya, dan gelombang itu sekarang akan menggulung mereka.

Ketika seseorang berada dalam kapal berupa Kitab Yang Mahawujud, Alquran, yang diarahkan oleh tradisi (sunah) Nabi Muhammad, Rasul dan Risalahnya, berarti ia meyakini risalah yang benar.

إِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا إِلَى حِينٍ
44. Kecuali karena rahmat dari Kami, dan sebagai kese-nangan hidup sampai kepada suatu ketika

Tak ada yang akan meyelamatkan siapa pun kecuali rahmat Allah. Diterjemahkan sebagai "kesenangan hidup", mata', yang berarti perbekalan yang harus dibawa dalam suatu perjalanan, menunjukkan bahwa perbekalan itu hanya cukup untuk satu periode tertentu. Kata ini juga berarti "bagasi", karena orang hanya menamh ke dalam bagasinya apa yang dibutuhkan untuk suatu perjalanan tertentu. Ayat ini menegaskan bahwa jika bukan karena rahmat langsung dari Allah dan karena perbekalan untuk perjalanan hidup ini, semua manusia telah tenggelam dalam lautan kebodohan. Pada kenyataannya, kesenangan hidup ini hanya sebentar.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّقُوا مَا بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَمَا خَلْفَكُمْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
45. Dan apabila dikatakan kepada mereka: Lindungilah diri kamu dengan ketaqwaan terhadap apa yang ada di hadapanmu dan di belakangmu, agar kamu memperoleh rahmat

Inilah peringatan agar manusia secara waspada menyadari terhadap amal perbuatan yang dilakukannya, terhadap apa yang dilakukan oleh tangannya sendiri, dan terhadap niat-niat di belakang amal perbuatan tersebut, karena segala sesuatu pada saat sekarang ini merupakan perwujudan masa ialu. Apa yang terbentang di hadapan seseorang merupakan imbas masa lalu sekaligus akan menjadi masa depannya. Jadi manusia harus sepenuhnya menyadari motif-motif perbuatannya, karena inilah yang akan menentukan apakah dirinya selamat atau justru diazab, setiap saat masing-masing kita sibuk menghasilkan perbuatan. Burung pertanda baik atau pertanda buruk kita, penyebab penderitaan atau keselamatan kita, terdapat dalam diri kita sendiri, ditulis oleh niat-niat kita dalam buku catatan amal kita.

Manusia harus terus menyadari hal ini agar merasakan kepuasan batin dan memahami rahmat Allah secara langsung dalam hidup ini, karena "Dia telah menetapkan atas dirinya rahmat/kasih sayang" (6: 12). Jika seseorang selalu menyadari apa yang ia lakukan di masa sekarang dan di masa lalu, berarti ia mulai memahami hukum-hukum alam melalui kesadarannya tentang hukum sebab akibat.

وَمَا تَأْتِيهِم مِّنْ آيَةٍ مِّنْ آيَاتِ رَبِّهِمْ إِلَّا كَانُوا عَنْهَا مُعْرِضِينَ
46. Dan tiadalab datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda Tuhan, melainkan mereka selalu berpaling darinya

Sebagaimana keadaan penduduk Anthakiyah, demikian pula keadaan kaum yang didatangi Nabi Muhammad, dan juga kebanyakan umat-umat lain di sepanjang waktu, termasuk zaman kita sekarang. Tiap tanda yang datang kepada kita, yang menunjukkan jalan kehidupan yang benar, ditolak. Kita tidak mengizinkan risalah sampai kepada kita dan mengubah gaya hidup kita. Ayat ini berhubungan dengan ayat 11, "Kamu hanya dapat memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan." Tak peduli tanda apa pun yang mereka terima dari Tuhan, mereka berpaling, karena satu-satunya realitas yang ingin mereka hadapi hanyalah tradisi yang telah mereka biasakan sejak dahulu kala, apa yang telah mereka bangun dalam khayalan mereka.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
47. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Nafkahkanlab sebagian rezeki yang telah Allah berikan kepadamu." Mereka yang menolak dan mengingkari Yang Mahawujud berkata kepada orang-orang yang menerima dan percaya (risalah), "Apakah kami akan memberi makan orang, yang jika Allah menghendaki, tentulah Dia akan memberinya makan? Tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata."

Alquran selanjutnya memerintahkan untuk berderma dan bersedekah. Alquran tidak pemah mengatakan, "Am-billah!" atau, "Mintalah!" Tak ada ayat dalam Alquran yang memerintahkan manusia untuk bertebaran di muka bumi dengan tujuan memburu rezeki atau menumpuk kekayaan, maupun yang menyerupainya. Alquran menentang penumpukan harta. Kitab Allah Yang Mahawujud, jalan menuju kepada-Nya, bergantung pada penyerahan diri, bukan pada penggandaan hasrdt dan cinta. Manusia harus menafkahkan rezeki yang dianugerahkan kepadanya, agar rezeki tersebut berkembang. Kepedulian ditunjukkan dengan saling beibagi dan saling memperhatikan, dan makna sedekah terletak pada memberikan apa yang seseorang cintai dan apa yang ingin ia simpan. Melalui sedekah, manusia melakukan kontak dengan sifat Allah Yang Maha Pemurah dan Pengasih yang meliputi semua makhluk.

Rezeki (rizq) berarti berbagai jenis santapan, baik rezeki tingkat tinggi berupa pengetahuan batin maupun rezeki tingkat rendah berupa makanan dan kesehatan. Rezeki tertinggi adalah apa yang datang langsung kepada seseorang yaitu dengan menyerahkan diri kepada Allah dan meninggalkan semua keinginan dan harapan duniawi, serta mengingat bahwa ia dilahirkan tanpa apa pun dan akan meninggalkan dunia tanpa apa pun juga. Rezeki tertinggi adalah rezeki berupa penyerahan diri yang sesungguhnya, Islam sejati, penyerahan diri tanpa batasan, tanpa pemisah. Inilah pengetahuan dari Tuhan.

"Nafkahkanlah" tidak hanya bermakna memberi derma. la juga bermakna "menjadi saluran rahmat Allah", membersihkan (saluran tersebut) agar selalu dapat diisi kembali. Mereka yang mengingkari Allah Yang Mahawujud (kafirun) berusaha mempersiapkan diri mereka dengan hartanya karena mereka hidup dalam keterpisahan; mereka melihat diri mereka terpisah dari Allah. Mereka melihat diri mereka seolah jauh dari Allah karena segala sesuatu dianggap berada dalam dualitas, sehingga mereka mengatakan, "Mengapa Allah tidak melakukan itu sendiri?" Karena melupakan makna kehidupan, mereka tidak dapat melihat bagaimana Allah berbuat kepada alam-Nya, kepada makhluk-makhluk-Nya. Kita tidaklah terpisah dari Yang Mahawujud yang tidak berawal dan tidak pula berakhir. Allah lebih dekat kepada kita dari pada urat nadi kita sendiri. Tubuh kitalah yang justru berawal dan berakhir, namun karena kebodohan kita sendiri, kita secara salah mengukur segala sesutu termasuk Tuhan dengan ukuran tubuh fisik kita. Inilah definisi peng-ingkaran, inilah kufur.

Mereka yang ingkar berada dalam kesesatan yang tidak memungkinkan risalah tauhid sampai kepada mereka. Se-gala sesuatu mereka lihat dari aspek lahiriah, tidak bisa merenungkan amal-amal batin yang tidak kentara. Allah telah menetapkan hukum-hukum alam. Mereka yang mengikuti hukum-hukum-Nya dihubungkan dengan Tauhid, sedangkan mereka yang tidak berada dalam kesesatan dan oleh karenanya mengalami penderitaan meskipun secara lahiriah mereka memiliki kekayaan materi yang banyak.

وَيَقُولُونَ مَتَى هَذَا الْوَعْدُ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
48. Dan mereka berkata: Kapan janji ini datang, jika kamu orang-orang yang benar?

Orang-orang kafir dibodohi oleh khayalan waktu. Mereka tidak menyadari bahwa pandangan statis tentang waktu adalah pemberian Allah kepada manusia agar ia mampu merasakan tiadanya waktu. Oleh karena itu, mereka berada dalam keadaan sesat bahkan mereka lupa bahwa pada akhir kehidupannya, mereka akan terkubur di kedalaman enam kaki dari permukaan tanah. Orang-orang seperti ini tidak menyadari bahwa hidup manusia tergantung pada sebuah tarikan nafas.

مَا يَنظُرُونَ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً تَأْخُذُهُمْ وَهُمْ يَخِصِّمُونَ
49. Mereka menunggu hanya satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka padabal ketika itu mereka sedang bertengkar

Semua urusan mengenai waktu ini hanya omong kosong! Allah menerangkan kepada kita bahwa waktu bersifat relatif dan menyesatkan. Manusia akan merasakan kiamat tatkala mereka merasakan satu teriakan, sekali, namun pengaruhnya mengerikan. Teriakan ini menandai perubahan menyeluruh dalam sistem. Satu teriakan (shayhah wahidah) menghentikan sistem kehidupan dan sistem waktu.

Satu teriakan yang tiba-tiba ini merupakan panggilan pertama yang menandai akhir kehidupan individu. Panggilan kedua, yang disebutkan dalam ayat selanjutnya, merupakan "panggilan hari kebangkitan" yang memberi isyarat kepada kita untuk menghadap Tuhan dan mempertanggung-jawabkan seluruh amal dan niat kita. Pada saat itu kita merasakan akibat perbuatan kita di dunia. Jika kita menghasilkan untuk diri kita hal-hal yang mengarah kepada rahmat-Nya, maka kita akan merasakan rahmat itu. Namun jika kita berbuat menonjolkan yang kotor-kotor dan bersifat materi, maka kita dalam kemgian besar di kehidupan baru ini.

فَلَا يَسْتَطِيعُونَ تَوْصِيَةً وَلَا إِلَى أَهْلِهِمْ يَرْجِعُونَ
50. Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidakpula mereka dapat kembali ke kelnarganya

Aturan-aturan yang telah mereka buat dalam hidup mereka, alur-alur dan rencana-rencana mereka yang banyak, seketika itu terputus. Terlambat sudah untuk kembali. Mereka tidak dapat lagi berwasiat. Mareka akan terhenti di tengah perjalanan, tanpa bantuan sama sekali.

"Tidak pula mereka dapat kembali kepada keluarganya": tidak dapat kembali kepada keluarganya berarti tidak dapat kembali kepada kebiasaannya. Dunia mereka telah berakhir, tak ada lagi kemungkinan untuk beramal, dan mereka tidak dapat mencari siapa pun untuk dimintai bantuan.

Dalam bahasa Arab, kematian disebut dengan wafah, dari akar kata kerja wafa' yang juga berarti setia. Dengan mati, seseorang setia kepada kenyataan alamiah. Waktunya akan tiba ketika jiwa berpisah dari badan. Jiwa (roh) kembali ke asalnya, kepada Allah, dan badan kita kembali ke asalnya, ke tanah. Dengan demikian, ciptaan selalu setia kepada asalnya.

Kapal Karunia Allah

Kehebatan apa yang bisa dibanggakan oleh sebuah kapal di tengah samudera yang luas dan perkasa? Apa pula
kehebatan sebuah pesawat yang terbang di angkasa luas tiada berbatas? Tak lebih dari dua titik debu --amat rapuh, tak
berarti apa-apa dibanding kehebatan jagat raya. Tragedi tenggelamnya Titanic --kapal pesiar raksasa yang sangat
mewah dan melegenda, juga pesawat ulang-alik milik NASA yang meledak di udara (1985)-- membuka ingatan kita
bahwa sesungguhnya tak ada kendaraan yang layak disombongkan untuk tidak bisa celaka.
Beberapa ayat Alquran menjelaskan kapal laut (bahtera) dan beberapa kendaraan lain adalah bagian dari karunia dan
tanda-tanda kekuasaan Allah. Dalam surat Yaasin (36) ayat 41-42 Allah berfirman, ''Dan suatu tanda (kekuasaan Kami)
bagi mereka bahwa Kami mengangkut keturunan mereka dalam bahtera sarat muatan. Dan kami ciptakan bagi mereka
(kendaraan) yang sama yang dapat mereka kendarai.''
Dalam teks aslinya, disebutkan kata fil-fulki (dalam bahtera) yang dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan sebagai
kapal laut. Ini merujuk pada sejarah Nabi Nuh dan kaumnya yang diselamatkan Allah dengan menggunakan kapal ketika
terjadi badai besar (Qishasul Anbiya' oleh Ibnu Katsir).
Dalam surat Al Jaatsiyah (45) ayat 12, juga ditegaskan, ''Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapalkapal
dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudahmudahan
kamu bersyukur.''
Di tengah samudera atau ruang angkasa dengan cuaca dan empasan badai yang tak akan mampu dikuasai manusia,
mustahilkah bagi sebuah kapal atau pesawat terbang bisa selamat tanpa campur tangan Allah? Terlebih lagi Allah
berfirman, ''Jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak
pula mereka diselamatkan.'' (Yaasin [36] : 43)
Oleh Abdullah Yusuf Ali, ayat itu ditafsirkan bukan hanya kedahsyatan alam itu saja yang merupakan kekuasaan Allah,
melainkan juga ilmu yang diberikan kepada manusia untuk menciptakan kapal, pesawat udara, dan berbagai kendaraan
lain (Qur'an Terjemahan dan Tafsirnya, Pustaka Firdaus, 1994). Begitu juga kemampuan manusia untuk mengendarai
berbagai alat transportasi itu, tak lain dari karunia Allah.
Itulah sebabnya banyak pula hadis yang menuntun kita agar berdoa menyebut asma Allah tiap kali kita naik kendaraan.
Kalau kita bisa selamat naik kendaraan, itu bukan karena keahlian kita mengendarainya, melainkan karena ada yang
menaklukkan kendaraan itu.
Salah satu doa naik kendaraan, ''Segala puji bagi Allah yang telah menaklukkan ini semua (kendaraan) bagi kami,
padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.''
Tak bersyukurkah kita atas karunia itu? Wallahu a'lam. .
DPD PKS Batam | Website Resmi DPD PK Sejahtera Kota Batam
http://pks-batam.or.id _PDF_POWERED _PDF_GENERATED 21 November, 2008, 11:12


“Allahlah yang telah menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan mudah mudahan kamu bersyukur”. Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang bersyukur”. (Al Jatsiah ayat 12&13)

Sabtu, 15 November 2008

fenomena lautan


Suatu hari,seorang pedagang asal toronto Kanada,berlayar mengarungi lautan.Dalam pelayaran itu, secara kebetulan dia bertemu seorang penumpang muslim.Setelah berkenalan dan bercengkrama, si muslim itu meminjaminya Al-Qur'an terjemahan untuk dibaca sekedar mengusirkejenuhan di tengah lautan yang dirasakan membosankan.Walau dia seorang non-muslim dan tidak mengenal sejarah islam,anehnya dia tetap menaruh minat membaca kitab suci umat islam tersebut.Di kapal,dia membaca dengan seksama dan saat membaca QS.An-Nur(24):40,hatinya seketika tersentak,dia terkesima,karena nyaris tak mengira kitab suci Al-Qur'an menceritakan tentang lautan.
Beberapa hari kemudian,dia mengembalikan kitab terjemahan tersebutkepada pemiliknya,jalan pikirannya yang polos-karena selama ini mengira Al-Qur'an itu karya Muhammad membuat ia bertanya."Apakah Muhammad itu seorang pelaut"?
"bukan", jawab pemilik Al-Qur'an terjemahan."bahkan Muhammad itu seorang yang tinggal di padang pasir"
Rupanya,jawaban itu membuatnya tidak ragu lagi akan kebenaran Al-Qur'an.dia kemudian memeluk Islam.Apakah yang digambarkan QS.An-nur:40 sehingga membuat pedagang itu kemudian memeluk islam?sumber:Hidayahmaret2006

"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni'mat Allah,supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaannya)-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur"
(Q.S. Luqman/31:31)

" Seperti gelap gulita di samudra yang dalam yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ada ombak, di atasnya ada awan.gelap gulita tindih-bertindih.Apabila dia mngeluarkan tangannya tidaklah hampir dia dapat melihatnya dan barang siapa yang tiada diberi oleh Allah cahaya,maka tidaklah ada baginya sedikit cahaya pun"
(QS.an-Nur:40)